Threads dan Medium yang menarik perhatian
Salam. Berjumpa kembali di awal Januari 2025.
Karena judul entri ini menyorotkan pada Threads dan Medium, maka mari kita bercerita sedikit tentang dua platform ini.Akun Threads saya rencananya difungsikan sebagai arsip naskah-naskah pendek. Lagi-lagi, saya pernah membahas bagaimana sejarah akun Twitter saya dilenyapkan begitu saja oleh sistem Twitter itu sendiri. Padahal sebenarnya, untuk ukuran seorang media social user yang hobi ngetik ini itu dan update tiap hari, Twitter sangat cocok dan menjawab kebutuhan saya, ahaha. Namun, dunia maya hanyalah dunia maya. Belum ada tulisan yang membekas dan mengena untuk diri saya sediri di masa itu. Jadi, saya tidak ambil pusing saat akun saya lenyap. Lebih baik fokus untuk menulis di platform lain yang ada. Seperlunya saja, dan seadanya saja tidak mengapa.
Dan kali ini, saya (masih) menyukai bagaimana Threads bekerja (dibandingkan huru-hara menulis di Twitter dulu). "Suasana" interaksi antar pengguna cukup humanis dan vibesnya lumayan positif, entah seperti apa algoritma dibaliknya bereaksi, tapi orang-orang di Threads ini mudah untuk saling menemukan hal-hal yang mereka cari sesuai dengan gaya bahasa masing-masing. Semoga fitur dan kenyamanan di Threads bisa terjaga ya, baik dari para user maupun dari sang developer platform itu sendiri.
Di balik entri ini, ada antrian draft yang telah ditulis beberapa tahun lalu. Isinya? Ada yang masih cukup berantakan penulisannya. Ada pula yang hanya berisi tentang curahan hati yang sebenarnya tidak penting-penting amat untuk ditulis di blog. Jadi yasudah, saya rasa draft-draft tersebut tidak perlu dipublikasikan sekarang. Nanti ada masanya. Sengaja blog ini dibiarkan terlihat agak kosong, karena (pasti) tidak semua orang membaca tulisan saya untuk mengambil barakahnya.
Iyaps. Benar bukan?
Sepertinya, jarang kita mendapati orang-orang (atau bahkan diri kita sendiri) yang membaca tulisan daring dari media sosial manapun untuk mengambil barakah. Yang ada, (biasanya) kita hanya sekedar menggulirkan (scrolling) dan berpindah dari tab satu ke tab lainnya, dari konten satu ke konten lainnya, dan kita (memang) tidak benar-benar membaca isi konten secara seksama. Barangkali ini juga sulit untuk dilakukan, karena kita sendiri belum mampu memaknai bagaimana konsep barakah (kebaikan yang bertambah) dalam membaca sesuatu. Akan panjang jika dijelaskan di sini, maka saya menyarankan teman-teman mempelajari Adab Membaca kepada guru di dunia nyata masing-masing ya.
Sepertinya, jarang kita mendapati orang-orang (atau bahkan diri kita sendiri) yang membaca tulisan daring dari media sosial manapun untuk mengambil barakah. Yang ada, (biasanya) kita hanya sekedar menggulirkan (scrolling) dan berpindah dari tab satu ke tab lainnya, dari konten satu ke konten lainnya, dan kita (memang) tidak benar-benar membaca isi konten secara seksama. Barangkali ini juga sulit untuk dilakukan, karena kita sendiri belum mampu memaknai bagaimana konsep barakah (kebaikan yang bertambah) dalam membaca sesuatu. Akan panjang jika dijelaskan di sini, maka saya menyarankan teman-teman mempelajari Adab Membaca kepada guru di dunia nyata masing-masing ya.
Sebab "cara membaca" itu juga ada ilmunya.
Belum punya guru/mentor membaca?
Maka carilah, dan temukan. Yakinlah bahwa kita akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari.
Contohnya, ketika saya mencari platform (media) baru untuk menulis. Walhamdulillah, saya dipertemukan dengan rekan yang mengajak untuk membuat akun Threads dan Medium.
Contohnya, ketika saya mencari platform (media) baru untuk menulis. Walhamdulillah, saya dipertemukan dengan rekan yang mengajak untuk membuat akun Threads dan Medium.
Saya baru saja mengaktifkan akun Medium. Beberapa waktu lalu, saya juga mencoba fitur-fitur Threads yang ternyata cukup nyaman untuk digunakan. Dari Threads, saya coba migrasi ke Medium, agar nanti lebih mudah untuk kolaborasi sesama penulis.
Gambar 1. Tampilan story blog Medium : maayaru.medium.com
Blogspot ini tetap saya aktifkan untuk mempertahankan algoritma Google+ sejak 2009. Jika teman-teman di sini ada yang sudah pernah mengikuti blog saya sejak tahun tersebut, pasti pernah membaca tulisan saya semasa sekolah dasar-sekolah menengah pertama yang amburadul dan kekanak-kanakan ya, hehe. Dulu saya cukup rajin untuk update info seputar Idola Cilik (acara ajang bakat di stasiun RCTI) dan per-fandom-an lainnya. Karena tuntutan usia yang semakin bertambah dan kesibukan yang sudah kurang (bahkan tidak) relevan lagi dengan dunia per-fandom-an, jadilah semua entrinya sudah saya hapus :)
Sependek ingatan saya, semua sosial media dan platform menulis yang saya miliki sudah mulai saya coba bersih-bersihkan isinya sekitar tahun 2014-2015. Beberapa akun bahkan ada yang saya hapus atau terhapus sendiri dari sistem webnya (karena website beralihfungsi/ditutup permanen). Hal ini pernah saya jelaskan di tab sebelah アカウント (Katakana || Romaji : akaunto / Translate : account/akun).
Instagram (@maayaru) tentu saja saya fungsikan untuk mempermudah pencarian relasi penerbit dan penulis yang terjaga sejak 2018. Semenjak mengenal guru-guru di INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought dan Civilizations), saya belajar banyak hal tentang kepenulisan ilmiah, karya-karya agung (Great Book), dan pemikiran Islam. Jadilah saya mengambil langkah untuk beristirahat menulis di blog dan lain-lain karena ada kesempatan (sekaligus tuntutan) untuk memperbanyak belajar 'cara menulis' terlebih dahulu.
Perlahan, akhirnya berkesempatan untuk berkenalan dengan rekan-rekan penulis serta para pejuang ilmu di Lubukata Book Club, SCI (Sirah Community Indonesia), SAIM (Sekolah Adab Insan Mulia), IAC (Indonesian Alquran Center), RSC (Rahmah Study Club), Stuka (Studia Humanika), dan institusi/komunitas keilmuan lainnya. Memang, hanya segelintir dari mereka yang berdomisili di Lampung. Tapi, semoga yang sedikit ini bisa menjadi teladan dalam menjaga tradisi keilmuan Islam serta sebagai gerbang pembuka bagi para book-seekers di provinsi kami, terkhusus untuk kota Bandarlampung.
Gambar 2. Tampilan utas Threads : threads.net/@maayaru
Karena judul entri ini menyorotkan pada Threads dan Medium, maka mari kita bercerita sedikit tentang dua platform ini.
Dan kali ini, saya (masih) menyukai bagaimana Threads bekerja (dibandingkan huru-hara menulis di Twitter dulu). "Suasana" interaksi antar pengguna cukup humanis dan vibesnya lumayan positif, entah seperti apa algoritma dibaliknya bereaksi, tapi orang-orang di Threads ini mudah untuk saling menemukan hal-hal yang mereka cari sesuai dengan gaya bahasa masing-masing. Semoga fitur dan kenyamanan di Threads bisa terjaga ya, baik dari para user maupun dari sang developer platform itu sendiri.
Gambar 3. Tampilan awal Medium : maayaru.medium.com
Lalu, terakhir.. Medium.
Sudah sejak lama saya ingin menulis di Medium. Namun baru kesampaian di awal tahun ini, sebab tergugah melihat antusiasme rekan-rekan di Studia Humanika (@studiahumanika) yang saling berkolaborasi untuk mengabadikan hasil pemikirannya di Medium. Jadilah saya memutuskan untuk segera membuat dan mengaktifkan blog baru ini. Baru satu cerita yang saya tulis, cerita lainnya segera menyusul insyaAllah. Medium sangat cocok untuk penyesuaian platform menulis dengan format paling bersih (clean layout). Tampilannya lebih sederhana dan praktis jika dibandingkan dengan blogspot, wordpress, dll.
Bagaimana dengan Tumblr, Quora, Wattpad, dan lainnya?
Bagaimana dengan Tumblr, Quora, Wattpad, dan lainnya?
Muhabasah saya di tab sebelah アカウント tentang banyaknya akun yang saya rawat akan menjadi alasan (argumen) yang akan saya pakai dalam jangka panjang. Dibaca saja. Semoga teman-teman bisa paham betapa melelahkannya menjadi penulis lepas balik layar yang mengurus ini dan itu hehe.
Oh iya, ngomong-ngomong, Tumblr!
Entah mengapa, di awal tahun ini saya mendapatkan banyak kejutan. Beberapa pekan lalu saya iseng untuk membaca tulisan-tulisan lama saya di laman Academia dan laman slide daring (Scribd dan Slideshare). Saya lupa awal mulanya, secara tidak sengaja (di suatu situs blog milik orang lain), saya menemukan tautan (link) blog Tumblr saya, dan saat di-klik, masih bisa dibuka! What a surpriseee.
Gambar 4. Tampilan blog Tumblr : maayaru-blog.tumblr.com
Padahal dulu isunya Tumblr memblokir masal ribuan akun sekitar 9 tahun lalu. Beginilah, yang tersisa di blog Tumblr saya hanyalah gambar dengan pixel rendah. Boleh jadi ini sisa arsip yg hangus terblokir kurang lebih 8 tahun lalu. Sebelum Instagram hype di kalangan fotografer (Instagram versi jadul ya, bukan Instagram yang versi terbaru sekarang), Tumblr sudah lebih dahulu ramai digemari oleh para penggemar foto-foto estetik (katanya), dan saya salah satu user Tumblr yang (pernah) menyukai fitur blog ini.
Niatnya tadi mau curhat sedikit, tapi lha kok ini udah jadi sepanjang ini yaa😅
Baiklah, saya cukupkan. Kalimat penutup untuk entri ini adalah :
Niatnya tadi mau curhat sedikit, tapi lha kok ini udah jadi sepanjang ini yaa😅
Baiklah, saya cukupkan. Kalimat penutup untuk entri ini adalah :
Menulis itu untuk memperpanjang usia keberkahan ilmu.
Dengan pena, kita bisa menembus jutaan kepala, untuk menyampaikan ayat-ayat-Nya.
Ingat, bahwa dahulu.. tegaknya peradaban umat ini karena "pena".
Jadi, wahai setiap kaum muslim, menulislah.
Komentar
Posting Komentar
Feel free to give comment~
Kritik dan saran kalian boleh langsung disampaikan di sini yaa, nuhun ^^