Translate

Tragedi Sajadah Emak-Emak

Bismillah..

Mulai hari ini, Rabu, 27 Maret 2019, insyaalloh kita sudah memasuki H-39 hari bulan Romadhon gais. Nah, menjelang Romadhon, biasanya Rosululloh  صلى الله عليه وسلم   membaca do'a ini nih :

اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَاَعِنَّا عَلَى الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ
"Yaa Alloh, berilah kami keberkahan di bulan Rojab dan Sya'ban, dan sampaikanlah kami pada bulan Romadhon".


By the way gais, tau kan salah satu ibadah sunnah spesial yang rutin dilakukan hanya ketika bulan Romadhon? 

Itu lhoo..
Sholat Tarawih! 

Membahas tentang sholat tarawih, maka mari kita fokus pada suatu topik yang saya angkat dari sebuah fenomena unik yang (mungkin) hanya terjadi di Indonesia saja. Topik apa itu? Baca kembali judul entri ini, itulah topiknya 😏

Saya yakin, bukan hanya saya yang merasa risih melihat para bunda dan anaknya sholat tarawih dengan membawa sajadah yang begitu lebar, sehingga shof menjadi sangat renggang. Saya tahu, sebaik-baiknya hijab bagi wanita adalah rumahnya sendiri. Tapi, mumpung belum punya imam, memperbanyak amal jama'i semasa muda boleh ya bang, hihi.

Beberapa tahun 
lalu saya mencoba merapatkan shof kepada sebelah kanan dan kiri saya. Baru saya sentuh ujung kelingking kaki mereka, eh, menjauh.
Kalo ditegur, malah marah. Kan buat paleng yak wqwq, but that's the power of emak-emak gais! Hayoo, calon emak-emak jangan senyam-senyum baca entri ini yaa.

Karena saya tidak ingin emosi ini menang terhadap kerisihan hati, juga karena saya tidak ingin
cara dakwah seorang akhowat menjadi begitu menyudutkan dan menggurui serta tidak dari hati ke hati *tsaah 
maka, saya hanya bisa berdo'a untuk semua ummat islam di Indonesia. Pun untuk seluruh muslim dan muslimah di dunya ini, siapa tau mengalami hal yang sama seperti ummat di negara berflower ini hehe.

Namanya juga bulan suci, bulan yang penuh dengan segala macam keberkahan, jadi amalan ibadah apapun rasanya adem aja dilakukan.
Dari Abu Huroyroh rodhiyallohu 'anhu, Rosululloh  صلى الله عليه وسلم  bersabda :

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
"Apabila Romadhon tiba, pintu Jannah dibuka, pintu Naar ditutup, dan syaithon dibelenggu." (HR. Bukhori no. 1899 dan Muslim no. 1079).

Yang biasanya di bulan-bulan sebelumnya susah banget khusyu' dalam sholat, alhamdulilaah di bulan Romadhon bisa auto-khusyu' dah, apalagi kalau berjama'ah dengan imam yang suaranya merdu. Ngaku deehh yang kecantol sama suara imamnya *eeh.

Cerita versi saya sih, dulu semasa awal hijrah, saya tuh masih 'baperan' plus kesel bin dongkol, terutama kalau menghadapi ummat yang susah dinasihati. Tapii, sekali lagi, inilah keberkahan Romadhon. Saat sholat berjama'ah, di rokaat pertama, saya diam dan tertegun pada ayat keenam dari suroh Al-Fatihah.

"Ihdinasshiraatalmustaqiim.." (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus).
Rasanya, setiap berhenti di ayat ini, bawaannya pengen nangis aja. Apalagi kalau sudah pada gerakan duduk di antara dua sujud.
Serba salah ya, rasanya kayak ndak jama'ahan.

Memang sebaiknya munfarid aja di rumah. Toh, bukannya sebaik-baiknya hijab bagi wanita adalah rumahnya sendiri?
Tapiii..
Entah kenapa kalau jalan ke masjid itu jauh lebih semangat dibandingkan sholat di rumah. Kebiasaan pemuda masa kini sih, kalau udah di rumah, yakin dah pada mager, eeh jadi mengakhiri waktu sholat deh, bener apa bener? 😅

Sebagai aktivis di kampus, saya juga ingin sekali
 bisa aktif sebagai remaja masjid (yang sampai sekarang masih saya pertanyakan kenapa bisa disingkat jadi Risma, wqwq).
Saya ingin bisa mendatangkan ustadz atau ustadzah yang bisa memberikan materi dan arahan tentang shalat berjama'ah yang baik dan benar, ingin sekali. Kalau kata salah satu kiyay saya sih :
"Gak mungkin dek lorang berdiri di hadapan mereka, inget lorang itu satu tingkat, satu level. Sejajar. Yang sejajar aja gak bakal mau dengerin kalian, apalagi yang di atas kalian. Kalian harus punya pegangan orang yang lebih pengalaman, jauh levelnya di atas kalian. Baru mereka nurut, mangut-mangut, dan denger yang sebenarnya."


Tapi apalah daya, hingga sebangkotan ini (hiyaa) time management saya masih berantakan. Saya masih belum pandai adil terhadap pembagian waktu. Temen-temen seangkatan saya bahkan sudah tidak heran, kata mereka : kalo nggak telat mah bukan Mahyal namanya. Hehehe, mungkin ini karena sholat 5 waktu saya juga masih kocar-kacir, belum sempurna tepat waktu kelima-limanya, makanya seperti inilah jawaban Alloh untuk menyadarkan saya yang agak bandel ini :') Untung Alloh Maha Penyayang 💕

Satu-satu cara terbaik dan termudah untuk saya lakukan? Adalah do'a.
Hanya bisa mengandalkan do'a, do'a, dan do'a. 


Bukankah do'a itu senjatanya orang beriman? Bagaikan cahaya langit dan bumi, dalam sujudmu, kamu berbisik ke tanah, tapi terdengar oleh langit. Begitu Maha Romantisnyaa Alloh kepada para hamba-Nya yang banyak gayo macam kita hehe, pun yang melampaui batas terhadap dirinya sendiri :'(

Pun saya juga tetap berusaha untuk menyampaikan semaksimal yang saya bisa. Menyampaikan kebenaran merupakan tujuan dakwah, dan sudah seharusnya dakwah ini menjadi kewajiban seorang muslim/ah, apalagi jika kita sudah mengetahui hukum dan dalilnya. Dikutip dari buku Fiqih Dakwah Para Nabi, sang penerbit menyampaikan dalam pengantar buku bahwa dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan muslimah. Keberadaannya menjadikan Islam tegak dan kokoh. Tentunya, harus dibarengi pula dengan pilar dan prinsip yang benar. Salah satu pilar yang disebutkan dalam buku tersebut adalah "Bersabar terhadap segala ujian....".

Pernah saya sampaikan di salah satu feed Instagram saya :

Sejatinya, semua manusia adalah da'i, dan kolerasinya dengan dakwah adalah cinta. Bukankah cinta itu selalu meminta segalanya dari kita? Maka jangan heran, tentu saja dakwah akan meminta kesabaran kita dalam menghadapi jutaan ragam manusia.

Kadang ngerasa jengkel? Kesel? Yok mangga atuh dicek, perbaiki hati, mungkin selama ini kita salah niat dalam menasehati teman-teman sekitar, keluarga, para tetangga, dan yang lainnya. Tujuan dakwah adalah 'menyampaikan kebenaran'. Jadi, niatnya untuk menyampaikan, bukan untuk disukai yaa gais!

Nah, kebetula karena Tragedi Sajadah Emak-Emak ini juga kuat kolerasinya dengan shof sholat, antum sekalian bisa visit di sini nih, tepatnya pada paragraf contoh pertama. Pas banget sama postingan saya hehe. Jazakumullohu khoyr Rumaysho :D


Wallohu'alambishowab.



Komentar